KATA PENGANTAR
Program intensifikasi yang dicanangkan pemerintah sejak sekitar tiga dekade yang lalu, pada awalnya mampu meningkatkan produktivitas dan produksi padi secara nyata. Tetapi sejak dekade terakhir, produktifitas padi cenderung menurun secara drastis. Kebutuhan beras nasional semakin bertambah seiring dengan pertambahan penduduk yang semakin pesat. Kondisi ini telah menyebabkan gangguan ketahanan pangan secara nasional maupun regional dan menyebabkan timbulnya berbagai kebijakan impor beras dan benih hibrida yang mengarah kepada runtuhnya Kedaulatan Pangan Nasional
Menyadari hal tersebut PDI Perjuangan melaksanakan Program Nasional Mari Sejahterakan Petani (MSP) yang dicanangkan oleh Ibu Hj. Megawati Soekarnoputri pada tanggal 18 Desember 2007 di Cariu – Bogor.
Dalam mewujudkan Program MSP dibentuk Komunitas EMESPE, yang merupakan tempat berkumpulnya setiap orang atau kelompok atau organisasi dari berbagai latar belakang yang bekerja keras secara sungguh-sungguh untuk memperjuangkan agar terwujudkan Kedaulatan Pangan Nasional dan Kesejahteraan Petani dengan peningkatan produksi rata-rata diatas 12 ton per hektar.
KTB tidak pernah berpretensi akan dapat menyelesaikan semua persoalan yang dihadapi oleh bangsa. Namun dengan segala potensinya, KTB dengan Komunitas EMESPE akan bekerja keras mewujudkan Indonesia yang terbebas dari cengkraman kapitalisme dibidang pertanian dengan peningkatan produktivitas padi melalui program Mari Sejahterakan Petani (MSP).
Untuk memudahkan para petani yang tergabung dalam Komunitas EMESPE melaksanakan pertanaman padi unggul lokal EMESPE maka disusun Buku Pedomanan Bercocok Tanam Padi Unggul Lokal EMESPE agar dapat digunakan sebagai panduan bagi siapa saja yang peduli dan ingin bersama-sama Komunitas EMESPE mewujudkan Kedaulatan Pangan dan kesejahteraan Petani.
Cariu, Januari 2008
Olly Dondokambey, SE
Ketua KTB
1. Program Mari Sejahterakan Petani (MSP): ditandai dengan UMBUL-UMBUL Merah Putih.
Program MSP merupakan Program Nasional PDI Perjuangan untuk disosialisasikan sekaligus diwujudkan dalam bentuk nyata di lapangan. Untuk itu, dibentuklah ‘komunitas EMESPE’ yang diharapkan dapat merealisasikan program tersebut secara nasional. Komunitas ini telah terbentuk diberbagai daerah di Indonesia. Kehadiran komunitas EMESPE disuatu daerah ditandai dengan pengibaran umbul-umbul Merah Putih di hamparan sawah petani atau Kelompok Tani yang menanam Padi Lokal Galur Harapan SERTANI-1 atau lebih dikenal dengan Padi MSP dan Padi Unggul Lokal Galur Harapan Sertani-1 (Padi MSP).
Padi Sertani-1 (Padi MSP) | Padi EMESPE-1 |
· Umur panen padi adalah 105 hari sejak semai (umur semai 15 hari, umur sejak tanam 90 hari). · Kebutuhan air sedikit atau tidak menghendaki genangan tinggi (cukup sekitar 1 cm saat tanam hingga tanaman mulai bunting atau cukup macak-macak) dan selanjutnya asal basah saja. · Umur semai pendek , semai dicabut dan dipindahkan ke sawah pada umur 15 hari. · Anakan banyak ( pada umur 48 hari dapat mencapai >20 hingga 40 anakan). · Produktivitas padi berkisar ( 8 hingga 16 ton atau secara umum diatas 10 ton/ha ) tergantung keadaan tanah dan tingkat ketrampilan petani dalam pengelolaan dan cuaca/ musim tanam. · Dibanding tanaman padi lain lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. · Dapat digunakan untuk pertanaman sistim Rancah (musim hujan), Gogo- Rancah, Rancah- Gogo dan sawah sulit air dan ladang. · Memiliki malai yang panjang dan butir dalam tiap malai umumnya berkisar 300 hingga 600 atau dominan sekitar 400 hingga 500 butir. · Pada kondisi pertanaman dan pengelolaaan yang relatif sama secara umum memiliki hasil 2 sampai 3 kali hasil padi jenis lain pada lokasi yang sama. | · Umur panen padi adalah 90 hingga 95 sejak semai ( umur semai 15 hari, umur sejak anam 80 hari) · Dapat ditanam pada sawah darat, teknis, tadah hujan dan rawa. · Semai dicabut dan dipindahkan ke sawah pada umur 15 hari. · Anakan 9-16 tergantung dari kesuburan tanah. · Produktivitas padi berkisar 8 hingga 9 ton tergantung keadaan tanah dan tingkat pengelolaan dan musim tanam. · Dibanding tanaman padi jenis lain, lebih toleran terhadap serangan hama dan penyakit terutama Blast dan Wereng. · Memiliki malai sedang dan butir dalam tiap malai maksimal 250 butir. · Tanaman dapat di Ratun (seperti pertanaman tebu). · Setelah panen (tanpa harus dibabat lagi), sisa batang tanaman dipupuk kembali (1/3 dosis dari pemupukan sebelumnya [atau 1,5 – 2 kw/ha]), kemudian dilakukan pemotongan akar untuk merangsang tumbuhnya akar baru. · Umur SINGGANG: 55 – 65 hari (sejak panen), akan menghasilkan padi kembali (65 – 70% dari produksi sebelumnya) · Ratoon/Singgang ini bisa dilakukan hingga 2 (dua) kali, umurnya akan semakin lebih pendek dari umur singgang sebelumnya dan dosis pupuknya pun dikurangi setengah dari ratoon yang pertama. · Hasil singgang terakhir akan semakin berkurang dibanding hasil singgang sebelumnya. Dengan perawatan tanah yang baik, produksi singgang ke 2 bisa dianggap sama dengan produksi singgang pertama. |
1. Pemilihan Benih Bermutu
Pertimbangan yang diperlukan dalam memilih benih yang akan ditanam adalah benih yang bernas, dihasilkan dari proses yang sesuai dengan peruntukan benih (bukan untuk konsumsi), memiliki daya tumbuh yang tinggi, memiliki ketahanan yang tinggi terhadap hama dan penyakit, memiliki sifat yang khusus (senang kondisi air yang sedikit atau macak-macak, senang kondisi tergenang atau musim hujan) memiliki daya adaptasi yang tinggi atau dapat berhasil di berbagai kondisi pertanaman serta menghasilkan produksi yang tinggi dan rasa nasi yang relatif enak untuk di konsumsi.
Penggunaan benih bermutu/unggul atau benih dengan vigor tinggi (daya tumbuh) sangat disarankan untuk meningkatkan produktivitas, karena:
1) Benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat dengan akar yang banyak.
2) Benih yang baik akan menghasilkan perkecambahan dan pertumbuhan yang seragam.
3) Ketika ditanam pindah, bibit dari benih yang baik dapat tumbuh lebih cepat dan tegar.
4) Benih yang baik akan memperoleh hasil yang tinggi.
Cara memilih benih yang baik:
Untuk memilih benih yang baik gunakan larutan ZA atau larutan garam 3% dengan perbandingan 1 kg ZA dilarutkan dengan 3 liter air atau 30 gram garam dalam 1 liter air. Jumlah benih yang dimasukkan disesuaikan dengan volume larutan ZA atau garam. Benih yang mengambang/mengapung dibuang (Khusus untuk benih MSP ini, benih yang mengapung masih dapat tumbuh baik. Disarankan untuk ditanam pada petakan tersendiri).
3. Pengolahan Tanah
Sebelum pengolahan tanah perlu dilakukan upaya pengendalian gulma, gunakan herbisida seperti: Gramokson dengan dosis sesuai petunjuk dalam kemasan obat yang bersangkutan, cara mengolah tanah secara umum sama dengan pengolahan tanah untuk padi-padi yg lain. Namun untuk penyediaan unsur hara yang memadai harus diberikan pupuk kandang sebanyak 2 ton/hektar. Membajak tanah pertama dan kedua menggunakan traktor atau sesuai kebiasaan petani. Menggaru/meratakan tanah dilakukan dengan serata mungkin sehingga tinggi air pengairan dalam petakan dapat dipertahankan sekitar 1 (satu) cm atau macak-macak.
4. Penyiapan Pengairan
Padi MSP menginginkan pengairan yang dapat diatur dengan genangan 1 (satu) cm atau macak-macak hingga padi bunting (primordia) sampai menjelang panen kondisi tanah cukup basah saja. Usahakan petak pertanaman padi mudah diatur ketingggian airnya dapat dialirkan bila terjadi genangan, sedangkan Padi EMESPE lebih toleran genangan dan lebih sesuai di tanam pada lahan sawah yang sering tergenang atau rawan banjir, daerah rawa-rawa, pasang surut dan sekitar pantai.
5. Penyiapan Petak Persemaian
Pilih lokasi persemaian yang tanahnya subur, aman dari genangan atau banjir dan aman dari gangguan ternak/ hewan lainnya, kebutuhan pertanaman 1 hektar luas persemaian 4 x 4 meter, bentuk dalam 4 bedengan, masing masing bedengan panjang 4 m dan lebar 1 m, ketinggian air diatur agar permukaan tanah dibedengan tetap basah sesuai kondisi persemaian, sebelum benih disebar permukaan bedengan diberi Furadan dengan dosis 0,25 kg untuk 4 bedengan.
Untuk menghindari gangguan tikus bedengan di pagar dengan plastik, sedangkan untuk menghindari gangguan burung dipasang jaring.
6. Cara memilih benih
Untuk mendapatkan benih yang baik :
1) Siapkan larutan garam 3 % (3 liter air di campur dengan 30 gram garam).
2) Masukkan benih dan rendam benih sehingga terjadi pemisahan benih yang bernas dan yang kurang bernas atau hampa.
3) Benih yang bernas akan tenggelam dan yang kurang bernas akan mengapung.
4) Benih yang tenggelam direndam dengan air selama 12 – 24 jam di taburi dengan Furadan hingga rata dan kemudian disebar di persemaian.
5) Benih yang mengambang/mengapung bila perlu dapat digunakan disemaikan dan ditanam secara terpisah dengan benih yang terbenam atau diberikan untuk ternak ayam.
6) Benih ditaburkan di atas tanah pesemaian secara merata, sedemikian rupa agar bibit nantinya mudah dicabut.
7) Pada saat umur semaian mencapai 3 – 5 hari, berikan pupuk Urea 1 ons, SP-36 1 kg, dan KCl 2,5 ons
8) Umur semai 15 hari siap untuk ditanam diusahakan umur semai tidak melebih 18 hari.
Catatan : Rumpun yang hilang karena tanaman mati atau rusak karena hama segera ditanami ulang tidak lebi 14 HST (hari setelah tanam). Bibit yang ditanam berasal dari pembibitan yang sama digunakan untuk penanaman sebelumnya.
7. Pemberian Pupuk Organik
Pupuk organik yang diguakan dari kotoran ternak atau pupuk kandang, atau bahan sisa tanaman yang sudah dikomposkan. Pemberian pupuk oerganik tersebut penting karena selain perlu untuk perbaikan sifat kimia, fisika dan biologi tanah serta sumber nutrisi tanaman, padi MSP sendiri telah terbukti sangat respons terhadap pupuk organik.
Sumber bahan kompos yang paling mudah didapat dalam jumlah yang banyak dan saat ini belum atau kurang digunakan adalah jerami dan sisa-sisa tanaman lain, sampah rumah tangga, arang sekam, abu dapur. Bahan tersebut sebelum digunakan harus terlebih dahulu dikomposkan.
Gunakan dosis pupuk organik kotoran ternak minimum 2 ton/ha atau kompos jerami 4 ton/ha per musim tanam.
Bahan organik disebar merata di atas hamparan sawah, dua minggu sebelum pengolahan tanah. Jika pertanaman hanya 1 kali setahuan jerami padi dibiarkan dulu melapuk langsung di sawah selama satu musim selanjutnya dibenamkan saat tanah dibajak.
8. Penanaman Bibit
Setelah bibit dari persemaian dicabut sebaiknya akar bibit direndam dalam kubangan plastik yg diberi furadan 2 kg (untuk semaian 400 m2), biarkan selama 6 hingga 12 jam, setelah direndam bibit saip ditanam.
Daun bibit dibiarkan utuh (tidak dipotong atau digunting seperti yang biasa dilakukan petani).
Penanaman Padi MSP dianjurkan menggunakan sistim Jajar Legowo Rel Kereta Api dengan arah jalur Timur Barat sesuai arah matahari Terbit –Terbenam.
- Tanam bibit di petak persawahan yang telah dipersiapkan dan ditanam HANYA 1 batang pohon bibit padi untuk satu lobang atau satu dapur. (Tanaman yang berasal dari satu batang bibit umumnya akan menghasilkan anakan yang lebih banyak dan kuat dan menghasilkan malai dibanding dengan menanam lebih dari 1 batang per dapur).
- Apabila ada tanaman yang mati sulamlah dengan bibit cadangan yang sebelumnya telah disiapkan.
- Apabila cadangan bibit sudah tidak tersedia maka untuk mengatasi kejadian tanaman yang mati atau rusak, penyulamam dilakukan dengan mengambil 1 anakan tanaman lain sebagai tanaman penyulam.
Keuntungan sistem Jajar Legowo Rel Kereta Api:
1. Semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberi hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir). Contoh: Legowo 2:1 (40 cm x 30 cm x 25 cm), cara tanam berselang seling 2 baris dan 1 baris kosong. Jarak antarbaris tanaman yang dikosongkan disebut satu unit. Bisa juga digunakan legowo 4 : 1 atau 6 : 1 tergantung kesepakatan/keinginan petani.
2. Pengendalian hama, penyakit dan gulma lebih mudah.
3. Menyediakan ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpul keong mas, atau mina padi.
4. Penggunaan pupuk lebih berdaya guna.
9. Penyiangan Tanaman
Penyiangan gulma diperlukan untuk:
1) Mengurangi persaingan antara gulma dengan tanaman dalam memperoleh hara, sinar matahari dan tempat.
2) Memutus perputaran hidup gulma.
3) Mencegah terbentuknya tempat berkembang bagi serangga hama, penyakit dan tikus.
4) Mencegah tersumbatnya saluran dan aliran air irigasi.
5) Beberapa jenis gulma akarnya dapat mengeluarkan racun bagi tanaman padi.
Penyiangan dapat dilakukan dengan mencabut gulma (tanaman pengganggu) secara manual dengan dengan tangan, menggunakan alat gosrok atau landak, atau menggunakan herbisida.
A. Keuntungan penyiangan dengan alat gosrok atau landak
1) Ramah lingkungan (tidak menggunaka bahan kimia).
2) Lebih ekonomis, hemat tenaga kerja dibandingkan dengan penyiangan dengan tangan.
3) Meningkatkan volume (jumlah) udara di dalam tanah dan merangsang pertumbuhan akar padi lebih baik.
4) Apabila dilakukan bersamaan atau segera setelah pemupukan akan membenamkan pupuk ke dalam tanah sehingga pemberian pupuk menjadi lebih efisien.
B. Cara penyiangan dengan alat gosrok/landak
1) Dilakukan saat tanaman berumur 10-15 HST.
2) Dianjurkan dilakukan dua kali, dimulai saat tanaman berumur 10-15 HST dan diulang secara berkala 15-25 hari kemudian.
3) Dilakukan pada saat kondisi tanah macak-macak, dengan ketinggian air 2-3 cm.
4) Gulma yang terlalu dekat dengan tanaman dicabut dengan tangan.
5) Dilakukan dua arah yaitu diantara dan di dalam barisan tanaman.
10. Pemberian Pupuk Kimia (Urea, SP 36 KCl atau NPK)
Dosis pemupukan secara umum tidak jauh beda dengan padi jenis lain seperti disajikan dalam Tabel 1 berikut:
Tabel 1
Dosis dan cara pemupukan (menggunakan pupuk Urea, SP 36 dan KCl)
Tahap | HST | Urea | SP-36 | KCl |
I | 5 | 10 Kg/Ha | 75 Kg/Ha | 100 Kg/Ha |
II | 17 | 40 Kg/Ha | 75 Kg/Ha | - |
III | 35 | 90 Kg/Ha | - | - |
IV | 55 (bunting muda) | 110 Kg/Ha | - | - |
| Total Jumlah | 250 Kg | 150 Kg/Ha | 100 Kg/Ha |
Tabel 2
Dosis dan cara pemupukan apabila menggunakan Pupuk Majemuk , Phonska
Tahap | HST | Urea | Phoskha | KCl |
I | 5 | 0 | 150Kg/Ha | 50 Kg/Ha |
II | 17 | 0 | 150 Kg/Ha | 0 |
III | 35 | 90 Kg/Ha | - | - |
IV | 55 (bunting muda) | 110 Kg/Ha | - | - |
| Total Jumlah | 200 Kg | 300 Kg/Ha | 50 Kg/Ha |
11. Pemberian Pupuk Cair Lengkap
Pemberian pupuk organik dan Pupuk Pelengkap Cair (PPC) yang mengandung hara mikro, hormon dan pupuk bio sangat disarankan, hal tersebut untuk mendukung kemampuan tanaman dalam pengisian bulir yang secara umum lebih dari 400 bulir permalai. Dari pengalaman pertanaman sering butir padi yang berada di pangkal malai tidak terisi sempurna dan dapat mencapai 10-20 % dari jumlah butir permalai. Disarankan untuk pemupukan PPC (Pupuk Pelengkap Cair) pada umur setelah atau menjelang padi bunting , dilakukan setiap satu minggu sebanyak 4 kali dengan dosis sesuai anjuran pabriknya.
12. Pencegahan dan Pembrantasan Hama dan Penyakit
A. Pengendalian Hama
Keong Mas
Beri obat Samponen atau Snail Down (perhatikan aturan pakainya) sementara diberi obat, air jangan dibiarkan mengalir dulu. Alur yang tidak ditanami (legowo) di-air-i dan diberi daun pepaya. Keong mas akan berkumpul disekitar daun pepaya.
Tikus
Tempatkan 2 ekor kucing liar di sawah agar kucing membunuhnya, memakannya, menekan populasinya. Lakukan pembasmian Tikus secara serentak dapat menggunakan racun yang dianjurkan dinas pertanian atau secara mekanis (goproyakan).
Sundep dan Beluk
Identifikasi adanya Sundep/Beluk: Berkelilinglah di sawah pada malam hari, gunakan senter dg sinar warna merah, lihatlah, adakah hama menghampiri senter kita? Jika sedikitnya terdapat 5 (LIMA) ekor hama/kupu2 sundep/beluk, pada kondisi tersebut kupu-kupu mulai meletakkan telor di daun dan berubah menjadi ulat yang kemudian menyerang pangkal pelepah daun, maka penyemprotan segera lakukan. Penyemprotan hama dengan bahan pembrantas hama sesuai anjuran dalan Tabel 3. Atau menggunakan bahan ampas karbit ditambah dengan pestisida.
· Ulat sundep/Beluk ini 36 jam kemudian berubah jadi kupu-kupu; 24 jam kemudian berubah jadi kepompong.
· Antisipasi kelembaban (yg bisa mengakibatkan datangnya serangan penyakit Blast) dg jarak tanam yg jarang (30 x 40 cm) agar sinar matahari cukup, kelembaban berkurang, hama tidak tahan.
Sundep menyerang padi saat umur padi 0 – 30 hari, serangan SUNDEP [ulat/kupu2 putih/kepompong warna coklat]
Pencegahan Hama Sundep Pada saat tanaman masih muda dapat dilakukan dengan cara:
Mencampurkan 2 Kg Furadan dengan air setinggi 5 cm dalam kolam ukuran 10 x 10 meter. Rendam bibit yang telah dicabut selama semalam. Padi yang telah direndam semalam tahan serangan sundep selama 15 hari setelah tanam (HST).
Beluk menyerang padi saat umur padi 30 hinngaa 40 hari, serangan ulat sama dengan ulat kupu-kupu hama sundep [ulat/kupu2 putih/kepompong warna coklat]
Secara tradisional Sundep dan Beluk dapat dicegah menggunakan Ampas Karbit dengan cara :
2 kg AMPAS KARBIT LAS yang dilarutkan dalam 8 liter air, diaduk, kemudian diendapkan selama 24 jam. Kemudian air bening yang dihasikan oleh adukan tadi digunakan untuk menyemprot hama Sundep/Beluk ini (1 liter cairan ampas karbit + 14 liter air + Pestisida dimasukkan ke dalam hand sprayer) di pagi hari. Lalu 4-5 hari kemudian disemprot dengan bahan semprot yang sama di sore hari. Ampas karbitnya sendiri bisa digunakan untuk pupuk sebagai antibody tanaman buah-buahan (mangga, nangka, durian, dsb).
Walang Sangit
Walamg sangit menyerang tanaman pada saat padi mulai berisi SUSU: semprot dengan cairan ampas karbit + pestisida (lihat di bab SUNDEP).
Wereng (hijau; coklat, punggung putih)
Wereng menyerang di semua umur padi: semprot dengan cairan ampas karbit + pestisida.
Ulat Grayak
Cara mengatasinya adalah dengan mengelilingi petak yang akan diobati dengan plastik. Semprot dengan air ampas karbit + pestisida pada malam hari.
Cacing tanah pemakan akar (Nematoda)
Bila tanah tampak merah-merah: galilah satu dapur padi, cabut, lihat akarnya. Jika akar tampak putus-putus maka itu adalah akibat dimakan oleh cacing. Carilah cacing yang ciri-cirinya: wujudnya seperti uret, kalau disentuh dia menggulung tubuhnya, cacingnya liat/kenyal. Bila memang cacing seperti itu ditemukan di dapur padi tersebut maka obatnya:
· Furadan/Darmafur, atau
· Semprot dengan air ampas karbit + pestisida4 tanki (@10 liter) per 0,25 ha.
· Berikan pupuk cair organik (makanan/nutrisi lewat daun, karena akarnya sedang ”SAKIT”)
Belalang
Perlakukan seperti Walang Sangit.
Orong-orong (hama dalam tanah di saat pesemaian)
Berikan furadan atau betties.
Tanaman/dapur yang habis terserang hama, kalau diobati dengan baik, biasanya akan memicu pertumbuhan yang lebih dasyat dari sebelumnya.
B. Pembrantasan Penyakit
a. Daun berwarna kemerahan akibat kekurangan Bahan Organik:
- Cukupkan bahan organik tanah.
- Berikan Pupuk Pelengkap Cair (PPC).
- Pemupukan Ure a/SP-3/KCl haruslah seimbang.
- Bisa diberi Fungisida (misal: Delsine).
b. Daun berwarna kemerahan akibat kondisi tanah (selain bahan organik):
Beri Zeo Kap Kan (ZKK), Dolomit, Kaptan.
c. Jamur yang menyerang buah padi (kuning/hitam/merah) atau
d. Blast (karat daun, bercak2 daun), atau
e. Cendawan yang menyerang batang, atau Busuk Batang.
f. Blast (patah leher): semprot dengan air ampas karbit + Pestisida.
g. Red Strip di daun: jarak tanam 30 x 40 cm (kurangi lembab, jamur), semprot dengan Fujiwan.
h. Wereng dapat menyebarkan virus yang mengakibatkan padi kerdil rumput: kalau ringan atasi dengan cairan ampas karbit. Kalau serangannya berat: gunakan insektisida.
Menyemprotkan obat hendaknya dilakukan sore hari, setelah jam 3 sore.
Lakukan proteksi penyakit mulai bunting muda sampai masak buah dengan interval setiap 7 hari.
13. Panen
Panen dan pascapanen perlu ditangani secara tepat karena;
1) Kehilangan hasil dan penurunan mutu selama proses panen dan pascapanen seringkali masih tinggi (sekitar 20%).
2) Penanganan panen dan pascapanen yang kurang baik menyebabkan kualitas benih rendah.
A. Panen pada waktu yang tepat
1) Panen padi MSP untuk kebutuhan benih dilakukan pada tingkat pemasakan butir 80 – 90%, yaitu pada umur 99 hingga 105 hari dihitung sejak semai.
2) Padi EMESPE dipanen pada umur 95 – 100 hari.
3) Jika 95% malai menguning, segera panen.
4) Gunakan sabit bergerigi
5) Potong pada bagian tengah atau sisakan minimal 10 cm dari dasar.
Usahakan peristiwa panen itu disaksikan oleh sebanyak mungkin pihak (terutama petani), agar KEHEBATAN padi MSP dan EMESPE-1 ini diketahui oleh banyak pihak dan mereka tertarik untuk IKUT menanamnya. |
B. Pascapanen
1) Perontokan
- Perontokan dilakukan dengan power thresher (mesin perontok).
- Gunakan tirai penutup dan alas saat perontokan agar gabah tidak hilang atau berserakan.
- Apabila tidak memiliki alat thesher maka perontokam dapat dilakukan sesuai kebiasaan petani.
2) Pengeringan hasil panen untuk bibit
a. Jemur gabah di atas lantai jemur. Gabah yang akan dijadikan benih dijemur di atas terpal atau plastik.
b. Ketebalan gabah 5 – 7 cm.
c. Lakukan pembalikan setiap 2 jam sekali.
d. Pada musim hujan gunakan pengering buatan. Gabah untuk benih dikeringkan dengan sinar matahari di bawah jam 12.00 selama lebih dari 3 hari.
e. Pertahankan suhu pengering 420 C untuk mengeringkan benih.
f. Pertahankan suhu pengering 500 C untuk gabah konsumsi.
3) Penggilingan dan Penyimpanan
- Untuk memperoleh beras dengan kualitas tinggi, perhatikan waktu panen, sanitasi (kebersihan), dan kadar air gabah (12-14%).
- Simpan gabah/beras dalam wadah yang bersih dalam lumbung/gudang yang bebas hama dan memiliki sirkulasi udara yang baik.
- Simpan gabah pada kadar air kurang dari 14% untuk konsumsi dan kurang dari 13% untuk benih.
- Gabah yang sudah disimpan di tempat penyimpanan, jika akan digiling, dikeringkan terlebih dahulu sampai kadar air mencapai 12 – 14% (menghindari prosentase tingkat patahan/broken yang tinggi).
- Sebelum digiling, gabah yang baru dikeringkan, diangin-anginkan terlebih dahulu untuk menghindari butir pecah.
14. Persiapan Panen untuk Benih
Hasil Panen dapat dijadikan untuk benih dengan catatan bahwa sejak pertanaman, penanam sudah harus berkonsultasi dengan KTB untuk menentapkan cara-cara pengelolaan tanaman untuk benih sesuai aturan/ persyaratan yang ditetapkan oleh penemu benih lokal galur harapan padi MSP
Apabila tidak dilakukan konsultasi maka hasil panen hanya layak diproses menjadi beras.
Apabila ada fihak yang melanggar aturan maka KTB / PDI Perjuangan tidak bertanggung jawab apabila terjadi penggunaan benih yang tidak murni atau benih yang tidak memiliki sifat unggul yang sesungguhnya.
15. PERLAKUAN KHUSUS UNTUK PADI EMESPE
Perlakuan (hr stlh tanam) | Cara | Nama Bahan | Dosis Pemberian | Dapat diganti dengan | Kegunaan |
7 hari | Semprot | Amonite + ABG Daun | Masing-masing 1 liter | Amonite dpt diganti Jitak 90 SP | Memacu pertumbuhan |
10 hari | Sebar | NPK Kujang | 150 kg | | |
15 hari | Semprot | Prevaton + ABG daun | Sesuai dosis anjuran | | Pencegahan hama sundep |
22 hari | Semprot | Prevaton + ABG daun | Sesuai dosis anjuran | | Pencegahan hama sundep |
25 hari | Sebar | NPK Kujang | 100 kg | | |
30 hari | Semprot | Amonite | 1 botol | Jitak 90 SP | Memacu pertumbuhan |
42 hari | Semprot | Prevaton + Reynox+ Fungisida (Fujiwan) | Sesuai dosis anjuran | Nastart + 1/2 Scor | Pencegahan hama beluk |
Berbunga | Semprot | Fungisida + ½ Scor + ½ Thron | Sesuai dosis anjuran | | Mencegah jamur |
15 hr sblm panen | Semprot | Reynox | 2 botol (100 mm /tangki) | ABG Buah | Meningkatkan pengisian bulir |
16. Perbandingan Padi MSP dengan Hibrida dan Padi Nasional
No | JENIS | Padi Unggul Lokal MSP | HIBRIDA | Benih Nasional |
1 | Benih/Ha | 8 Kg/Ha | 15 Kg/Ha | 40 Kg/Ha |
2 | Umur Semai dan Benih Tanam | 12-15 hari | 20 – 25 hari | 20-25 hari |
3 | Cara Tanam | 1 batang | 1 batang | 3-5 batang |
4 | Jarak Tanam | 30 x 30 cm | 25 x 25 cm | 22 x 22 cm |
5 | Kebutuhan Pupuk | Berimbang | Berimbang dan Khusus | Berimbang |
6 | Sistem Penyerbukan | Sendiri | Silang | Sendiri |
7 | Daun Bendera | Tegak Lebar | Tidur Lebar | Tidur Kecil |
8 | Tinggi Tanaman | 120 – 130 cm | 90 – 100 cm | 80 – 120 cm |
9 | Jumlah Anakan | 25 – 35 | 20 – 25 | 10 – 15 |
10 | Jumlah Butir per Malai | 350 – 450 | 220 – 280 | 180 – 220 |
11 | Umur Panen | 90 HST | 110 HST | 120 HST |
12 | Potensi Hasil Panen | 14 Ton | 12 Ton | 7 Ton |
Tim Komunitas Tumbuh Bersama
Share